“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kupergauli
dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya,
“Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, jawab beliau, “Kemudian
siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR.
Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447)\
Durhaka Kepada Orang Tua
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka. [QS. Al-Isra' (17): 23]
‘Uquuqul walidain (durhaka kepada orang tua) adalah dosa besar.
Karena itu, Rasulullah saw. –seperti yang dikutip oleh Ibnu Al-Atsir
dalam kitabnya An-Nihaayah—melarang perbuatan durhaka kepada kedua orang
tua.
Seseorang dikatakan ‘aqqa waalidahu, ya’uqquhu ‘uqaaqan, fahuwa
‘aaqun jika telah menyakiti hati orang tuanya, mendurhakainya, dan telah
keluar darinya. Kata ini merupakan lawan dari kata al-birru bihi
(berbakti kepadanya).
Kata al-’uquuq (durhaka) berasal dari kata al-’aqq yang berarti
asy-syaq (mematahkan) dan al-qath’u (memotong). Jadi, seorang anak
dikatakan telah durhaka kepada orang tuanya jika dia tidak patuh dan
tidak berbuat baik kepadanya, atau dalam bahasa Arab disebut al-’aaq
(anak yang durhaka). Jamak dari kata al-’aaq adalah al-‘aqaqah.
Berdasarkan pemaknaan ini, maka rambut yang keluar dari kepala seorang
bayi yang baru lahir dari perut ibunya dinamakan dengan aqiiqah, karena
rambut itu akan dipotong.
Yang dimaksud dengan al-’uquuq (durhaka) adalah mematahkan “tongkat”
ketaatan dan “memotong” (memutus) tali hubungan antara seorang anak
dengan orang tuanya.
Jadi, yang dimaksud dengan perbuatan durhaka kepada kedua orang tua
adalah mematahkan “tongkat” ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali
hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anaknya, meninggalkan
sesuatu yang disukai keduanya, dan tidak menaati apa yang diperintahkan
atau diminta oleh mereka berdua.
Sebesar apa pun ibadah yang dilakukan oleh seseorang hamba, itu semua
tidak akan mendatangkan manfaat baginya jika masih diiringi perbuatan
durhaka kepada kedua orang tuanya. Sebab, Allah swt. menggantung semua
ibadah itu sampai kedua orang tuanya ridha.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa dia berkata, “Tidaklah
seorang muslim memiliki dua orang tua muslim, (kemudian) dia berbakti
kepada keduanya karena mengharapkan ridha Allah, kecuali Allah akan
membukakan dua pintu untuknya –maksudnya adalah pintu surga–. Jika dia
hanya berbakti kepada satu orang tua (saja), maka (pintu yang dibukakan
untuknya) pun hanya satu. Jika salah satu dari keduanya marah, maka
Allah tidak akan meridhai sang anak sampai orang tuanya itu
meridhainya.” Ditanyakan kepada Ibnu ‘Abbas, “Sekalipun keduanya telah
menzaliminya?” Ibnu ‘Abbas menjawab, “Sekalipun keduanya telah
menzaliminya.”
Oleh karena itu ketika ada seseorang yang memaparkan kepada
Rasulullah saw. tentang perbuatan-perbuatan ketaatan
(perbuatan-perbuatan baik) yang telah dilakukannya, maka Rasulullah saw.
pun memberikan jawaban yang sempurna yang dikaitkan dengan satu syarat,
yaitu jika orang itu tidak durhaka kepada kedua orang tuanya.
Diriwayatkan dari ‘Amr bin Murah Al-Juhani r.a. bahwa dia berkata,
“Seorang lelaki pernah mendatangi Nabi saw. kemudian berkata, ‘Wahai
Rasulullah, aku telah bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang haq), kecuali
Allah dan bahwa engkau adalah utusan Allah. Aku (juga) telah
melaksanakan shalat lima (waktu), menunaikan zakat dari hartaku, dan
berpuasa pada bulan Ramadhan.’ Nabi menjawab, ‘Barangsiapa yang
meninggal dalam keadaan (seperti) ini, maka dia akan bersama para nabi,
shiddiqiin, dan syuhada pada hari Kiamat nanti seperti ini –beliau
memberi isyarat dengan dua jarinya (jari telunjuk dan jari
tengah)—sepanjang dia tidak durhaka kepada kedua orang tuanya.’”
Hadits-hadits Tentang Durhaka
Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda,
“Sungguh celaka, sungguh celaka, sungguh celaka!” Seseorang bertanya,
“Siapa yang celaka, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab,
“Barangsiapa yang sempat bertemu dengan kedua orang tuanya, tetapi dia
tidak bisa masuk surga (karena tidak berbakti kepada mereka).”
Diriwayatkan dari Jabir bin Samrah r.a., dia berkata, Nabi saw.
pernah naik ke atas mimbar, kemudian dia mengucapkan, “Amin, amin,
amin.” Lalu beliau bersabda, “Jibril a.s. telah mendatangiku, kemudian
dia berkata, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang sempat bertemu dengan
salah satu dari kedua orang tuanya (dan tidak berbakti kepada mereka),
kemudian dia meninggal dunia, maka dia akan masuk neraka dan Allah akan
menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka aku
pun mengatakan ‘amin’. Jibril kemudian berkata, ‘Wahai Muhammad,
barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan (dan dia tidak berpuasa)
kemudian meninggal dunia, maka Allah tidak mengampuninya, dimaksukkan ke
neraka, dan Allah akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah
(olehmu) ‘amin’, maka aku pun mengatakan ‘amin’.’ Jibril kemudian
berkata, ‘Barangsiapa yang ketika disebutkan namamu di sisinya, tetapi
dia tidak (membaca) shalawat kepadamu, kemudian dia meninggal dunia,
maka dia akan masuk neraka dan Allah akan menjauhkan dia dari
(rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka aku mengatakan ‘amin’.’”
Diriwayatkan dari Mughirah, dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada kalian perbuatan durhaka
kepada ibu-ibu (kalian), menuntut sesuatu yang bukan hak (kalian), dan
mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga telah membenci
percakapan tidak jelas sumbernya, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan
harta.”
Bukhari-Mualim meriwayatkan dari Abu Bakrah, dari bapaknya bahwa dia
berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Maukan kalian jika aku beritahukan
(kepada kalian) tentang dosa yang paling besar?’ Beliau mengucapkan
sabdanya ini sebanyak tiga kali. Kami menjawab, ‘Mau, ya Rasulullah.’
Rasulullah saw. menjawab, ‘Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang
tua.’ Saat itu beliau sedang bersandar, kemudian beliau duduk, lalu
bersabda, ‘Ketahuilah, (juga) kata-kata palsu dan kesaksian palsu.
Ketahuilah, (juga) kata-kata palsu dan kesaksian palsu.’ Beliau terus
mengatakan hal itu sampai aku berkata, beliau (hampir saja) tidak diam.”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Angin
surga akan dihembuskan dari jarak lima ratus tahun dan tidaklah akan
mencium bau surga itu orang yang suka menyebut-nyebut amal perbuatannya,
orang yang durhaka (kepada orang tuanya), dan orang yang kecanduan
khamr.”
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a. bahwa dia bersabda, Rasulullah saw.
bersabda, “(Ada) tiga orang yang tidak akan dilihat Allah pada hari
Kiamat: orang yang durhaka kepada kedua orang tuannya, orang yang
kecanduan khamr, dan orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya.”
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwa dia berkata, Rasulullah
bersabda, “Di antara dosa yang paling besar adalah (apabila) seorang
anak melaknat kedua orang tuanya.” Seseorang bertanya, “Wahai
Rasulullah, bagaimana mungkin seorang anak melaknat kedua orang
tuannya?” Rasulullah saw. menjawab, “(Apabila) anak mencaci ayah orang
lain, maka berarti dia mencaci ayahnya (sendiri), dan dia mencaci ibu
orang lain, maka berarti dia telah mencaci ibunya (sendiri).”
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. bahwa dia berkata, “Rasulullah saw.
bersabda, ‘Tidaklah dianggap berbakti kepada sang ayah jika seseorang
menajamkan pandangan (matanya) kepada ayahnya itu karena ia marah
(kepadanya).’”
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a., dari Nabi saw. bersabda beliau
bersabda, “Sesungguhnya Allah swt. tidak menyukai perbuatan durhaka
(kepada kedua orang tua).”
Diriwayatkan dari Abu Bakrah r.a. dari Nabi saw. bahwa beliau
bersabda, “Setiap dosa akan Allah tangguhkan (hukumannya) sesuai dengan
kehendak-Nya, kecuali (dosa karena) durhaka kepada kedua orang tua.
Sesungguhnya Allah swt. akan menyegerakan hukuman perbuatan itu kepada
pelakunya di dunia ini sebelum ia meninggal.”
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a., dari Nabi saw. bahwa beliau
bersabda, “Keridhaan Allah itu ada pada keridhaan kedua orang tua, dan
kemurkaan-Nya ada pada kemarahan kedua orang tua.”
Bentuk-bentuk Perbuatan Durhaka
1. Tidak memberikan nafkah kepada orang tua bila mereka membutuhkan.
2. Tidak melayani mereka dan berpaling darinya. Lebih durhaka lagi bila menyuruh orang tua melayani dirinya.
3. Mengumpat kedua orang tuanya di depan orang banyak dan menyebut-nyebut kekurangannya.
4. Mencaci dan melaknat kedua orang tuanya.
5. Menajamkan tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka berdua karena suatu hal.
6. Membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan sesuatu hal,
meskipun sang anak berhak untuk melakukannya. Tapi ingat, hak kedua
orang tua atas diri si anak lebih besar daripada hak si anak.
7. Malu mengakui kedua orang tuanya di hadapan orang banyak karena
keadaan kedua orang tuanya yang miskin, berpenampilan kampungan, tidak
berilmu, cacat, atau alasan lainnya.
8. Enggan berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya.
9. Duduk mendahului orang tuanya dan berbicara tanpa meminta izin
saat memimpin majelis di mana orang tuanya hadir di majelis itu. Ini
sikap sombong dan takabur yang membuat orang tua terlecehkan dan marah.
10. Mengatakan “ah” kepada orang tua dan mengeraskan suara di hadapan mereka ketika berselisih.
Penutup
Rasulullah saw. berpesan, “Berbaktilah (kalian semua) kepada
bapak-bapak kalian, (niscaya) anak-anak kalian akan berbakti kepada
kalian.”
Dikutip dari http://zulfah1994.wordpress.com/2012/12/09/hormati-kedua-orang-tuamu/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Soal Bahasa Inggris Expressing Gratitude Kelas 7 SMP
Soal Bahasa Inggris Expressing Gratitude Kelas 7 SMP Answer the following questions by choosing the right answer between a, b, c, d, o...
-
Menanyakan umur (Asking about age) Adalah ungkapan/ekspresi yang digunakan untuk menanyakan umur dalam bahasa Inggris. ungkapan/ekspresi...
-
10 Contoh Soal Present Perfect Tense Pilihan Ganda Ketik a atau b sesuai dengan pilihan yang menurutmu paling tepat untuk melengkapi ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar